CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Tuesday, July 12, 2011

Suatu Senja di Istiqlal

Menjelang Ashar sembari menunggu Ibu Guru Laila, terekam dalam kamera kecil ku suasana di mesjid Istiqlal Jakarta.
Suasana Istiqlal menjelag Ashr
Bendera berkibar di area Mesjid?
Kibaran bendera Merah Putih menambah kemegahan Mesjid kebanggaan warga Jakarta tercinta. Kupikir, ini untuk menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia (which is sekarang masih July), ternyata make over bendera yang belum rampung di mesjid ini merupakan hiasan salah seorang "pejabat" Indonesia yang akan menikahkan anaknya beberapa hari kedepan. Well, berusaha sakral dalam balutan religi tanpa menanggalkan nasionalisme. Perlukah?

Subhanallah, kemegahan Istiqlal
Adzan Ashr memanggil dan aku bergegas bangkit untuk sholat Jama'ah. Usai sholat, aku masih menunggu Laila di pelataran mesjid. Kegembiraan anak2 bermain terlihat disitu. Mesjid yang merupakan tempat pariwisata dari penjuru Indonesia ini memang kerap ramai oleh pengunjung.

Laila datang dan kami berbicara banyak hal. Saat itu, seorang Bapak berjalan mendekat. Dari raut wajahnya ia terlihat begitu "gembira" bisa singgah di Mesjid ini. Logat sang Bapak menunjukkan bahwa ia berasal dari Bali. Ia menanyakan banyak hal tentang Mesjid Istiqlal. Kamipun terlibat dalam pembicaraan yang melibatkan perasaan haru. Sesekali ia mengusap air mata dan menyebut puji-pujian kebesaran untukNYA. Ya, beliau ternyata baru sebulan ini menjalani hidupnya sebagai seorang mualaf. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar !!

Aku dan Laila begitu terharu mendengar ceritanya. Ia terbuang, terusir dan terhapus dari lingkungan dimana ia berasal. Istri, anak dan kerabatnya di Bali, sudah tidak menerimanya lagi. Ayahnya yang merupakan pemuka adat dan agama Hindu begitu murka hingga dia harus pergi meninggalkan semua yang ia miliki di sana.
Ya Allah, betapa Engkau telah memberikan nikmat hidayah pada orang2 yang Engkau pilih. Termasuk kami yang sudah berIslam sejak lahir meskipun merupakan Islam "keturunan", Engkau sudah memilih.

Obrolan santai dengan Bapak tersebut membuat aku begitu merasa lemah. Betapa keimanan, ikhtiar dan pengorbananku dalam berIslam belumlah cukup. Ya Allah, ampuni kami yang masih terlena dan kurang bersungguh-sungguh.

Aku teringat sebuah artikel yang menyebutkan bahwa perumpamaan totalitas berislam ibarat orang yang berjuang di Jalan Allah dengan orang yang duduk-duduk. Sesungguhnya Allah membedakan antara orang yang berjuang di Jalan Allah dan yang duduk-duduk saja.
Orang yang berjuang di Jalan Allah derajatnya lebih tinggi daripada orang yang duduk/diam saja.

تؤمنون بالله ورسوله وتجاهدون في سبيل الله بأموالكم وأنفسكم ذلكم خير لكم إن كنتم تعلمون
artinya : “Yaitu kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” [Ash Shaff 11]

Dalam surat lain, Allah berfirman;
لا يستوي القاعدون من المؤمنين غير أولي الضرر والمجاهدون في سبيل الله بأموالهم وأنفسهم فضل الله المجاهدين بأموالهم وأنفسهم على القاعدين درجة وكلا وعد الله الحسنى وفضل الله المجاهدين على القاعدين أجرا عظيما
artinya : “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ‘uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.” [An Nisaa' 95].*

Ladies wudhu area

Salah satu sudut Istiqlal
Tak terasa azan Magrib berkumandang, kami bergegas mengambil wudhu dan sholat berjamaah. Mentari telah tenggelam dan senja telah berganti malam. Ya Allah terimakasih atas apa yang telah Engkau sampaikan melalui Bapak tadi. Semoga ini akan memacu semangat kami bertotalitas dalam Islam. Amin..
Malam menjelang, Alhamdulilah... Tampak Monas dari kejauhan.

No comments:

Post a Comment