CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Thursday, March 4, 2010

Belajar untuk ikhlas..…


Aku terpekur menghitung bilangan rupiah yang masih tersisa dalam rekening ku. Rasanya baru gajian kemarin, tapi… rupiah demi rupiah sudah melayang ke post masing-masing.


Seharusnya aku bersyukur karena aku masih diberi kelebihan rejeki. Tidak pantas rasanya aku terpaku pada bilangan Rupiah yang harus aku sisihkan untuk keperluanku sendiri.


Kuteringat akan pembicaraan ku dengan suamiku tercinta, betapa kami telah diberi banyak kemudahan, nikmat serta rejeki yang berlimpah. Kami syukuri hal ini dengan suka cita, dan kami bersepakat untuk dapat berbagi dengan orang lain.


Tak patut rasanya menghitung kembali berapa yang sudah kami berikan, apalagi mengingat betapa banyak yang Allah telah berikan kepada kami. Nimat yang tidak dapat diukur dengan bilangan Rupiah tadi. Sungguh tak sebanding!


Namun, ada kalanya pikiran jelek menghantui ku. Apalagi mengingat bagaimana mereka yang telah kami beri, tidaklah bersikap sesuai harapan.
Memancing emosi dan kebencian. Menjengkelkan memang!


Masya Allah. Istighfar..! Memang tidak seharusnyalah demikian. Karena, apa yang kita lakukan harusnya diniatkan karena Allah dan bukan untuk apapun. Dengan demikian kita bisa berlaku ikhlas.


Ikhlas?.. Rasanya mudah sekali kita mengatakan Ikhlas, padahal sedikitpun kita bergumam atau dalam hati mengatakan sesuatu yang tidak mencerminkan keihklasan, tentu Ikhlas itu akan tercoreng.

“Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46).

Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Ikhlas merupkan kondisi perasaan di dalam hati. Dan aku yakin betul, Untuk belajar bersikap dan memiliki sifat ikhlas, berarti kita juga belajar melihat dengan hati, mendengar dengan hati, dan tentunya mengikuti kata hati. Dalam kacamata Islam, Ikhlas harus disandarkan pada Allah. Melakukan segala sesuatu nya hanya untuk Allah. Allahu Akbar!


Kondisi yang terpapar di depan mataku, memang menguji kadar keihklasanku. Seringkali aku bertanya, benarkah aku ikhlas? Atau hanya menuruti kemauan orang lain? Apakah awalnya ikhlas, namun hal itu bisa saja berubah melihat perilaku orang-orang yang tidak semestinya berlaku demikian?


Setelah aku sadari... Ternyata aku masih belajar.


Belajar untuk ikhlas…

No comments:

Post a Comment