CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Thursday, March 18, 2010

Syukuri apa yang ada..

Hari ini, aku mencoba untuk berfikir positif atas apa yang terjadi kemarin.
Meski enggan melangkahkan kaki ke kantor, akhirnya tiba juga dengan alasan klise meski dengan keterlambatan waktu.

Suasana di kantor pun cukup membuatku sedikit terhibur. Hari ini, dua orang sahabatku sedang berlokasi tugas disini. Lumayanlah untuk sekedar bertukar cerita dan keriaan.
Hmmm.. ada suatu kejadian unik yang aku dapat dari temanku yang lain. Aku dengar dia seringkali mengeluh tentang pekerjaannya yang menumpuk. Bagi aku yang tidak berlokasi kantor yang sama dengannya, ini menjadi perbincangan yang menarik. Namun, tak disangka, ketika hari ini dia bertandang ke meja kerjaku, pembicaraan bergulir ke hal-hal yang sedang hangat2nya di kantor. Apalagi kalau bukan pembicaraan work level adjustment, dimana kita akan di asses untuk mengetahui keberadaan “level” kita berada.

Kulihat, ia menelan obat. Dia mengeluh akhir-akhir ini sakit-sakitan. Menurut dia, obat untuk menyembuhkan rasa sakit itu sudah bisa diprediksi. Sakit fisiknya itu karena terkontaminasi apa yang ada di pikiran. Hmmm.. sakit jiwakah? Mungkin sedikit. Secara gamblang dia katakan, bahwa bila work level sudah jelas dia di posisi yang seharusnya (menurut pikiran dia), maka hilanglah sudah segala penyakit. Hilang semua rasa tidak enak. Artinya, bila work level assement sesuai harapan yang tentunya naik ke level yang lebih tinggi, ini akan diikuti dengan gaji yang lebih besar dan prestise yang tak ternilai.
Dia sangat yakin, penyakitnya akan segera hilang. Diganti kesenangan dan kepuasan yang berbau materi. Begitu yakin ia dengan solusi penyembuhan penyakitnya itu.

Aku sendiri tidak yakin dengan hal itu. Sebagaimana Allah berfirman dalam suratnya:
إن الإنسان خلق هلوعا
Artinya : Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. QS. Al Ma’aru : 19.

وإذا أنعمنا على الإنسان أعرض ونأى بجانبه وإذا مسه الشر فذو دعاء عريض
Artinya : Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa. QS. Fushilat : 51.



Kasihan temanku. Betapa ia yakin dengan pola pikirnya yang salah. Dia terfokus dengan apa yang ia inginkan. Padahal boleh jadi, apa yang kita inginkan bukanlah yang terbaik bagi ukuran Allah yang Maha Tahu.

Melihat garis tua diwajahnya, aku begitu sedih. Betapa banyak yang sudah ia miliki dan dapati. Namun masih kurang dimatanya.
Kasihan temanku. Ternyata dia bukan orang yang pandai bersyukur. Ya, seharusnya bila kita mengingat fitrah sebagai mahluk yang lemah lagi kikir, hendaknya kita harus banyak bersyukur.
Menurutku, bersyukur merupakan inti dari pemecahan masalah temanku. Dengan bersyukur, ia tidak akan mudah berkeluh kesah.
Bersyukur bahwa masih ada orang yang lebih tidak beruntung dibanding dirinya.
Bersyukur, masih bisa diberi kesempatan untuk hidup.
Bersyukur dan tetap banyak-banyak bersyukur.
Dengan bersyukur, jiwa akan tenang.

Ingatlah firman Allah yang berbunyi :
ولقد آتينا لقمان الحكمة أن اشكر لله ومن يشكر فإنما يشكر لنفسه ومن كفر فإن الله غني حميد

Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". QS. Lukman : 12

Semoga kita akan selalu menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur..
Sayup=sayup terdengar alunan lagu dari D'Massive... "Syukuri apa yang ada... Hidup adalah anugerah... " ***

No comments:

Post a Comment